Quarter Life Crisis I: Happiness, University Life, Senior High School Sucks

Hi kamu!

 

Iya, kamu yang lagi baca tulisan ini. Entah karena mencari atau kebetulan. Welcome.

 

Menginjak usia berapa tahun ini? Kalau aku sudah mau ke seperempat abad atau yang bahasa gaulnya quarter life. Yes, you guessed it right. It ends with crisis.

 

Mungkin anak-anak remaja yang pengen cepet-cepet dewasa itu pada ga sadar kalau ada paket tanggung jawab yang mengikuti ketika kita sign up to adulthood life.

 

My mom once said that one of my happiest times was during my university life. Yes, I have a bachelor degree. Kalau mau flashback ke belakang, it was truly a fun yet challenging time for me. I am blessed terlahir di keluarga ya cukup. Kuliah dibiayai orangtua, dikasih uang jajan yang cukup, ga perlu harus part timeatau hidup terlalu hemat. But above all, kuliah adalah waktu dimana aku mulai buat lebih aktif dalam berorganisasi dan membuka diri ke tantangan yang baru. Sadly,masa SMA-ku cuma diisi dengan one toxic relationshipyang memakan waktu 2 tahun lamanya dan tekanan untuk belajar.

 

Kalau kalian nebak tekanan untuk belajar datangnya dari orangtua, this time you guys guessed it wrong. It was from myself that was put in a certain situation.Kelas XI dan XII, aku ditempatkan di kelas terbaik yang diisi makhluk-makhluk otak encer yang kalau ada jam kosong atau guru berhalangan hadir diisi dengan mengerjakan tugas. Well, nilaiku sendiri emang ga jelek, cuma aku pribadi ga pernah merasa smart enoughbuat layak masuk kelas itu. 

 

Intinya, kalau orang pada bilang masa SMA adalah masa terbaik mereka, sorry to say, I can’t relate. 

 

Mungkin benar kata orang, kita terbiasa di-dikte di hidup. SD lanjut ke SMP lalu ke SMA dan ditutup dengan kuliah kalau beruntung. Tapi setelah kuliah apa? Ini titik kita mulai merangkak dan mencari-cari apa yang kita harus lakukan. Like it or not, ini fase hidup yang harus dilalui. Jujur, aku sendiri merasa blur sampai sekarang. Terhitung sudah 3 tahun sejak aku selesai dengan kegiatan belajar di kelas.

 

Ada masa dimana aku bangun dan bingung. Bingung dengan misteri apa yang Tuhan rencanakan buat aku. Bingung dengan fakta apakah yang sudah aku lakukan benar atau salah. Bahkan bingung hidup kok rasanya datar.

 

Rutinitas. Kata yang paling aku benci. Aku orang yang gampang bosan. Dulu aku pernah kerja di hotel di kota asalku. Salah satu cara untuk aku tetap waras adalah dengan merencanakan berpergian sebulan atau beberapa bulan sekali. Memang akhirnya itu juga menjadi ritme, tapi setidaknya itu ritme yang menenangkan hatiku. Ada lagi di titik aku berpikir, sampai kapan aku mau menjadikan traveling sebagai alasan untuk kabur dari rutinitas?

Comments